Minggu, 11 Januari 2015

PENGOLAHAN HINGGA PENGEMASAN BENIH KOPI

0



PENGOLAHAN HINGGA PENGEMASAN BENIH KOPI
( Makalah Teknologi Benih )




Oleh
Putri Setiani
1314121138






JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2014



I.                   PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Kopi merupakan salah satu jenis tanaman perkebunan yang sudah lama dibudidayakan dan memiliki nilai ekonomis yang lumayan tinggi.  Konsumsi
kopi dunia mencapai 70% berasal dari spesies kopi arabika dan 26% berasal dari spesies kopi robusta.  Kopi berasal dari Afrika, yaitu daerah pegunungan di Etopia.  Namun, kopi sendiri baru dikenal oleh masyarakat dunia setelah tanaman tersebut dikembangkan di luar daerah asalnya, yaitu Yaman di bagian selatan Arab,  melalui para saudagar Arab.

Teknologi budi daya dan pengolahan kopi meliputi pemilihan bahan tanam kopi unggul,  pemeliharaan, pemangkasan tanaman, dan pemberian penaung, pengendalian hama dan gulma, pemupukan yang seimbang, pemanenan, serta pengolahan kopipasca panen.  Pengolahan kopi sangat berperan penting dalam menentukan kualitas dan cita rasa kopi.

Buah kopi yang telah dipanen harus segera diolah untuk mencegah terjadinya reaksi kimia yang bisa menurunkan mutu kopi. Hasil panen disortasi dan dipilah berdasarkan kriteria tertentu.  Buah kualitas prima bila diolah dengan benar akan menghasilkan biji kopi bermutu tinggi.  Benih kopi yang telah diolah, selanjutnya dilakukan pengemasan kopi.  Pengemasan dilakukan unutk mempertahankan viabilitas benih kopi, mempertahankan kadar air benih, dan mengurangi deraan alam.  Pengolahan dan pengemasan benih kopi dengan baik akan menghasilkan kopi dengan mutu yang baik, dan lebih tahan lama.


II.                TINJAUAN PUSTAKA


Biji buah kopi terdiri atas dua bagian, yaitu kulit biji atau yang lebih dikenal
dengan nama kulit an dan putih lembaga (endosperm). Pada permukaan biji di
bagian yang datar, terdapat saluran yang arahnya memanjang dan dalam,
merupakan celah lubang yang panjang, sepanjang ukuran biji. Sejajar dengan
saluran itu , terdapat pula satu lubang yang berukuran sempit, dan merupakan satu
kantong yang tertutup. Di sebelah bawah dari kantong itu terdapat lembaga
(embryo) dengan sepasang daun yang tipis dan dasar akar. Kedua bagian ini
berwarna putih. (Rahardjo, 2012).

Pengolahan buah kopi sccara basah biasa disebut W.I..B. (West lndische
Bereiding), sedangkan pengolahan cara kering biasa disebut O.I.B (Ost Indische
Bereiding). Perbedaan pokok dari kedua cara tersebut diatas adalah pada cara kering pengupasan daging buah, kulit tanduk dan kulit ari dilakukan setelah kering (kopi gelondong), sedangkan cara basah pengupasan daging buah dilakukan sewaktu masih basah (Rahardjo, 2012).

Penyimpanan benih atau kelompok benih (lot benih) diharapkan dapat mempertahankan kualitas benih dalam kurun waktu tertentu sesuai dengan lamanya penyimpanan. Pengemasan benih bertujuan untuk melindungi benih dari faktor-faktor biotik dan abiotik, mempertahankan kemurnian benih baik secara fisik maupun genetik, serta memudahkan dalam penyimpanan dan pengangkutan. Penggunaan bahan kemasan yang tepat dapat melindungi benih dari perubahan kondisi lingkungan simpan yaitu kelembapan nisbi dan suhu.  Kemasan yang baik dan tepat dapat menciptakan ekosistem ruang simpan yang baik bagi benih sehingga benih dapat disimpan lebih lama. Prinsip dasar pengemasan benih adalah

untuk mempertahankan viabilitas dan vigor benih, dan salah satu tolok ukurnya adalah kadar air benih.  Menurut Barton  dalam Justice dan Bass (1979), kadar air
merupakan faktor yang paling mempengaruhi kemunduran benih.  Lebih lanjut dikatakan bahwa kemunduran benih meningkat sejalan dengan meningkatnya pada kadar air benih (Sri Najiyati, 2004).

Pengemasan adalah perlakuan yang bertujuan untuk melindungi fisik benih agar daya tumbuh dan daya berkecambahnya tetap tahan tanpa penyimpangan-penyimpangan.  Benih setelah melalui tahapan pengolahan (seed processing) biasanya dikemas untuk selanjutnya dipasarkan dan disimpan dalam gudang sebagai cadangan untuk mengantisipasi kebutuhan benih pada masa tanam berikutnya.  Selama benih dalam tahapan pemasaran atau disimpan dalam gudang, akan mengalami kemunduran (deterioration) dan tidak lepas dari resiko kerusakan akibat serangan hama yang kedua-duanya akan menyebabkan penurunan mutu (Aak, 1980).

III.             PEMBAHASAN

Pengolahan benih adalah suatu kegiatan yang dilakukan terhadap calon benih sejak panen hingga pengemasan.  Tujuan pengolahan benih adalah untuk memperoleh persentase maksimum benih kopi murni hidup, mempertahankan mutu benih kopi yang dicapai pada saat panen, dan mempertanhankan viabilita pertumbuhannya serta menigkatkan produksinya baik kuantitas maupun kualitas.
Dalam pengolahan benih kopi terdapat dua metode, yaitu metode kering dan metode basah.  Metode kering adalah metode yang sangat sederhana dan sering digunakan untuk kopi robusta dan juga 90 % kopi arabika di Brazil, buah kopi yang telah dipanen segera dikeringkan terutama buah yang telah matang. Pegeringan buah kopi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu :
a. Pengeringan Alami
Pengeringan alami yaitu pengeringan dengan menggunakan sinar matahari,
caranya sangat sederhana tidak memerlukan peralatan dan biaya yang besar
tetapi memerlukan tempat pengeringan yang luas dan waktu pengeringan yang
lama karena buah kopi mengandung gula dan pektin.

b. Pengeringan Buatan (Artificial Drying)
Keuntungan pengeringan buatan, dapat menghemat biaya dan juga tenaga kerja hal yang perlu diperhatikan adalah pengaturan suhunya. Menurut Roelofsen, pengeringan sebaiknya pada suhu rendah yaitu 55°C akan menghasilkan buah kopi yang bewarna merah dan tidak terlalu keras. Untuk buah kopi kering dengan KA rendah dikeringkan dengan suhu tidak terlalu tinggi sehingga tidak akan terjadi perubahan rasa. Peralatan pengeringan yang biasa digunakan : mesin pengering statik dengan alat penggaruk mekanik, mesin pengering dari drum yang berputar, mesin pengering vertikal.

Sedangkan prose pada metode basah meliputi penerimaan, pulping, Klasifikasi, fermentasi, pencucian, pengeringan, Pengawetan dan penyimpanan
a. Penerimaan
Hasil panen harus secepat mungkin dipindahkan ke tempat pemerosesan untuk menghindari pemanasan langsung yang dapat menyebabkan kerusakan (seperti : perubahan warna buah, buah kopi menjadi busuk). Hasil panen dimasukkan kedalam tangki penerima yang dilengkapi dengan air untuk memindahkan buah kopi yang mengambang (buah kopi kering di pohon dan terkena penyakit (Antestatia, stephanoderes) dan biasanya diproses dengan pengolahan
kering. Sedangkan buah kopi yang tidak mengambang (non floating) dipindahkan menuju bagian peniecah (pulper).

b. Pulping
Pulping bertujuan untuk memisahkan kopi dari kulit terluar dan mesocarp
(bagian daging), hasilnya pulp. Prinsip kerjanya adalah melepaskan exocarp dan mesocarp buah kopi dimana prosesnya dilakukan dilakukan didalam air mengalir. Proses ini menghasilkan kopi hijau kering dengan jenis yang berbeda-beda.

c. Fermentasi
Proses fermentasi bertujuan untuk melepaskan daging buah berlendir (mucilage) yang masih melekat pada kulit tanduk dan pada proses pencucian akan mudah terlepas (terpisah) sehingga mempermudah proses pengeringan. Hidrolisis pektin disebabkan, oleh pektihase yang terdapat didalam buah atau reaksinya bisa dipercepat dengan bantuan jasad renik. Proses fermentasi ini dapat terjadi, dengan bantuan jasad renik (Saccharomyces) yang disebut dengan proses peragian dan pemeraman

Pengolahan kopi secara basah ini terbagi 3 cara proses fermentasinya :
1.      Pengolahan cara basah tanpa fermentasi
2.      Pengolahan cara basah dengan fermentasi kering
3.      Pengolahan cara basah dengan fermentasi basah

d. Pencucian
Pencucian secara manual dilakukan pada biji kopi dari bak fementasi dialirkan dengan air melalui saluran dalam bak pencucian yang segera diaduk dengan tangan atau di injak-injak dengan kaki. Selama proses ini, air di dalam bak dibiarkan terus mengalir keluar dengan membawa bagian-bagian yang terapung beupa sisa-sisa lapisan lendir yang terlepas.  Pencucian biji dengan mesin pencucidilakukan dengan memasukkan biji kopi tersebut kedalam suatu mesin pengaduk yang berputar pada sumbu horizontal dan mendorong biji kopi dengan air mengalir. Pengaduk mekanik ini akan memisahkan lapisan lendir yang masih melekat pada biji dan lapisan lendir yang masih melekat pada biji dan lapisan lendir yang telah terpisah ini akan terbuang lewat aliran air yang seterusnya dibuang.

e. Pengeringan
Pengeringan pendahuluan kopi parchment basah, kadar air berkurang dari 60 menjadi 53%. Sebagai alternatif kopi dapat dikeringkan dengan sinar matahari 2 atau 3 hari dan sering diaduk, Kadar air dapat mencapai 45 %.  Pengeringan kopi Parchment dilanjutkan, dilakukan pada sinar matahari hingga kadar air mencapai 11 % yang pada akhirnya dapat menjaga stabilitas penyimpanan. Pengeringan biasanya dilakukan dengan menggunakan baki dengan penutupnya yang dapat digunakan sepanjang hari. Rata-rata pengeringan antara 10-15 hari. Pengeringan buatan (suhu tidak lebih dari 55°C) juga banyak digunakan sejak pengeringan kopi alami menjadi lebih sulit dilakukan pada perkebunan yang lebih luas.

f. Curing
Proses selanjutnya baik kopi yang diproses secara kering maupun basah ialah curing yang bertujuan untuk menjaga penampilan sehingga baik untuk diekspor maupun diolah kembali. Tahapan proses curing ini meliputi :
1.      Pengeringan ulang
2.      Pembersihan (cleaning)
3.      Hulling

g. Penyimpanan
Buah kopi dapat disimpan dalam bentuk buah kopi kering atau buah kopi parchment kering yang membutuhkan kondisi penyimpanan yang sama. Biji kopi KA air 11 % dan RH udara tidak lebih dari 74 %. Pada kondisi tersebut pertumbuhan jamur (Aspergilus niger, A.oucharaceous dan Rhizopus sp) akan minimal. Di Indonesia kopi yang sudah di klasifikasi mutunya disimpan didalam karung goni dan dijahit zigzag mulutnya dengan tali goni selanjutnya disimpan didalam gudang penyimpanan (Ciptadi dan Nasution, 1985).

Pengemasan dapat diartikan usaha atau perlakuan yang bertujuan untuk melindungi fisik benih agar daya tumbuh dan daya berkecambahnya tetap tahan tanpa penyimpangan-penyimpangan. Benih setelah melalui tahapan pengolahan (seed processing) biasanya dikemas untuk selanjutnya dipasarkan dan disimpan dalam gudang sebagai cadangan untuk mengantisipasi kebutuhan benih pada masa tanam berikutnya.  Selama benih dalam tahapan pemasaran atau disimpan dalam gudang, akan mengalami kemunduran (deterioration) dan tidak lepas dari resiko kerusakan akibat serangan hama yang kedua-duanya akan menyebabkan penurunan mutu.

Tujuan pengemasan adalah:
a. Memudahkan pengelolaan benih
b. Memudahkan transportasi benih untuk pemasaran
c. Memudahkan penyimpanan benih dengan kondisi yang memadai
d. Mempertahankan viabilitas benih
e. Mengurangi deraan cuaca
f. Mempertahankan kadar air benih







IV.             KESIMPULAN


Adapun kesimpulan dari makalah ini adalah :
1.        Pengolahan benih kopi bertujuan untuk mempertahankan mutu benih kopi yang dicapai pada saat panen
2.        Pengolahan benih kopi dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu metode kering dan metode basah
3.        Pengemasan benih kopi bertujuan untuk melindungi fisik benih agar daya tumbuh dan daya berkecambahnya tetap tahan tanpa penyimpangan-penyimpangan.

















DAFTAR PUSTAKA


Aak.1980. Budidaya Tanaman Kopi. Yayasan Kanisius. Yogyakarta.

Ciptadi, W. dan Nasution, M.Z. 1985. Pengolahan Kopi. Fakultas Teknologi Institut Pertanian Bogor.

Rahardjo, Pudji. 2012. Panduan Budidaya dan Pengolahan Kopi Arabika dan Robusta. Penebar Swadaya. Jakarta.

Sri Najiyati dan Danarti. 2004 . Budidaya Tanaman Kopi dan Penanganan Pasca Panen. Penebar Swadaya. Jakarta.



Jumat, 11 April 2014

TUGAS RESUME BOTANI UMUM AGROTEKNOLOGI FP UNILA 2013

0

TUGAS RESUME BOTANI UMUM TENTANG PENGERTIAN TANAMAN C3, C4 DAN CAM, PERSAMAAN DAN PERBEDAAN TANAMAN C3, C4 DAN CAM DALAM PROSES FIKSASI CO2, BESERTA CONTOHNYA.
     Nama Kelompok :
1.      Mawadah Warohmah
2.      Maya Alviorita
3.      Putri Setiani
4.      Rina Ristiani
5.      Nur  iman Putri

1.      Pengertian tanaman C3, C4, dan CAM
a.      Tumbuhan C3
Tumbuhan C3 adalah tumbuhan yang hidup pada kondisi kandungan CO2 atmosfer tinggi. Pada tumbuhan C3, hasil reaksi pengikatan CO2 atau hasil awal fotosintesis adalah berupa senyawa organik dengan 3 atom C(karbon), yaitu APG (Asam Fosfogliserat), sehingga di sebut jalur C3 atau daur Calvin-Benson atau siklus Calvin. Sebagai pengikat CO2 adalah RuBP (Ribulosa Bifosfat). Tumbuhan C3 tumbuh dengan karbon fiksasi C3 biasanya tumbuh dengan baik di area dimana intensitas sinar matahari cenderung sedang, temperature sedang dan dengan konsentrasi CO2 sekitar 200 ppm atau lebih tinggi, dan juga dengan air tanah yang berlimpah.  Tumbuhan C3 harus berada dalam area dengan konsentrasi gas karbondioksida yang tinggi sebab Rubisco sering menyertakan molekul oksigen ke dalam Rubp sebagai pengganti molekul karbondioksida. Konsentrasi gas karbondioksida yang tinggi menurunkan kesempatan Rubisco untuk menyertakan molekul oksigen.
Contohnya : gandum, kentang, kedelai, kacang-kacangan, dan kapas
b.      Tumbuhan C4
Tumbuhan C4 adalah tumbuhan yang adaptif pada daerah panas dan kering. Pada tumbuhan C4, hasil awal fotosintesis adalah berupa senyawa organik dengan 4 atom C, yaitu asam oksaloasetat (AOA), sebagai pengikat CO2 adalah PEP (Fosfoenolpiruvat). Tempat pengikatan Co2 uadara terjadi di dalam sel-sel mesofil, sedangkan reaksi reduksi terjadi di ikatan pembuluh.
Contohnya : jagung dan tebu
c.       Tumbuhan CAM
Tumbuhan CAM kebanyakan hidup di daerah kering atau epifit. Daunnya berdaging atau sekulen. Pada tumbuhan CAM, dasil awal fotosintesis dan senyawa pengikat CO2 sama seperti tumbuhan C4, yaitu (AOA) dan PEP. Tetapi semua reaksi fotosintesis terjadi di dalam sel-sel mesofil seperti pada tumbuhan C3. Stomata tumbuhan CAM menutup pada siang hari sehingga pengikatan CO2 di lakukan pada malam hari. Reaksi reduksi yang mengikuti jalur C3 berlangsung pada siang hari. Contohnya : Crassulaceae sepeti kaktus (cactaceae), nanas (bromeliaceae), bunga lili (liliaceae), dan beberapa jenis bunga anggrek (orchidaceae). 

2.      Perbedaan dan persamaan tumbuhan C3, C4, dan CAM
A.    Perbedaan dan persamaan tumbuhan C3,C4 dan CAM
Tumbuhan C3, C4 dan CAM dibedakan pada reaksi pengikatan CO2 di udara. Persamaan ketiga tipe tumbuhan ini semua mengalami reaksi reduksi yang berlangsung mengikuti siklus calvin-benson.
1)      Tumbuhan C3
·         Tanaman C3 lebih adaptif pada kondisi kandungan CO2 atmosfer tinggi.
·         Pada tanaman C3, sebagai pengikat CO2 adalah RuBp ( Ribulosa Bifosfat).
·         CO2 masuk ke dalam siklus calin secara langsung.
·         Terdiri atas sekumpulan reaksi kimia yang berlangsung di dalam stroma kloroplas yang tidak membutuhkan energi dari cahaya mataharai secara langsung.
·         Hasil reaksi pengikatan CO2 atau hasil awal fotosintesis adalah berupa senyawa organik yaitu  APG (Asam Fosfogliserat).
·         Molekul PGA merupakan molekul tidak berenergi tinggi berkarbon 3 yang pertama kali terbentuk sehingga di sebut sintesis C3. Selanjutnya PGA akan di reduksi oleh ATP dan NADPH2 yang di hasilkan dari reaksiterang menjadi molekul PGAL yang berenergi tinggi.
·         Reaksi antara CO2 dengan RUBP dipacu oleh enzim ribulosa bisfosfat karboklsilase (RUBISCO). Rubisco adalah enzim raksasa yang berperan sangat penting dalam reaksi gelap fotosintesis tumbuhan. Karboksilase RuBP hanya bekerja apabila CO2 jumlahnya berlimpah.

2)      Tumbuhan C4
·         Tumbuhan C4 lebih adaptif pada daerah yang panas dan kering.
·         Hasil awal fotosintesis adalah berupa senyawa organik dengan 4 atom C yaitu asam oksaloasetat (AOA)
·         Pada tanaman C4, CO2 diikat oleh PEP (enzym pengikat CO2 pada tanaman C4) yang tidak dapat mengikat O2 sehingga tidak terjadi kompetisi antara CO2 dan O2.
·         Tidak mengikat CO2 secara Langsung.
·         Tempat pengikatan CO2 udara terjadi di dalam sel-sel mesofil.
·         Sedangkan tempat reaksi reduksi terjadi di ikatan pembuluh(Bundle-Sheath Cell).
·         Enzim yang di gunakan dalam tanaman C4 adalah PEP-karboksilase.
·         Pengikatan CO2 di udara melalui lintasan C4 di sel mesofil dan reduksi karbon melalui siklus Calvin(siklus C3) di dalam sel seludang pembuluh.
3)      Tumbuhan CAM
·         Tumbuhan CAM adaptif pada daerah panas dan kering.
·         Daunnya berdaging atau sukulen.
·         Hasil awal fotosintesis CAM yaitu AOA (Asam Oksaloasetat) dan sebagai pengikat CO2 adalah PEP ( Fosfoeno.piruvat) seperti pada tumbuhan C4.
·         Semua reaksi fotosintesis terjadi di dalam sel-sel mesofil seperti pada tumbuhan C3.
·         Tidak mengikat CO2 secara langsung.
·         Pada siang hari stomata tumbuhan CAM menutup, sehingga pengikatan CO2 di lakukan pada malam hari.
·         Stomata menutup pada siang hari membuat tumbuhan CAM mampu menekan penguapan sehingga menghemat air, tetapi mencegah masuknya CO2.
·         Melakukan siklus Fiksasi CO2 pada malam hari(siklus Hatch-Slanck) seperti pada tumbuhan C4, dan siklus calvin berlangsung selama siang hari seperti pada tumbuhan C3.
3.      Proses sintesis
a.      Proses sintesis C3
Sintesis C3 diawali dengan fiksasi CO2, yaitu menggabungkan CO2 dengan sebuah molekul akseptor karbon. Akan tetapi didalam sintesis C3, CO2 difiksasi ke gula berkarbon 5, yaitu ribulosa bifosfat (RuBP) oleh enzim karboksilase RuBP (rubisko). Molekul berkarbon 6 yang berbentuk tidak stabil dan segera terpisah menjadi 2 molekul fosfogliserat (PGA). Molekul PGA merupakan karbohidrat stabil berkarbon 3 yang pertama kali terbentuk sehingga cara tersebut dinamakan sintesis C3.
Molekul PGA bukan molekul berenergi tinggi. Dua molekul PGA mengandung energy yang lebih kecil dibandingkan dengan satu molekul RuBP. Hal tersebut menjelaskan alasan fiksasi CO2 berlangsung secara spontan dan tidak memerlukan energy dari reaksi cahaya. Untuk mensintesis molekul berenergi tinggi, energy dan electron dari ATP maupun NADPH hasil reaksi terang digunakan untuk mereduksi tiap PGA menjadi fosfogliseraldehida (PGAL). Dua molekul PGAL dapat membentuk satu glukosa.
Siklus Calvin telah lengkap bila pembentukan glukosa disertai dengan generasi RuBP. Satu molekul CO2 yang tercampur menjadi enam molekul CO2. Ketika enam molekul CO2 bergabung dengan enam molekul RuBP dihasilkan satu glukosa dan enam RuBP sehingga siklus dapat dimulai lagi.
b.      Proses sintesis C4
Pada jenis tumbuhan yang hidup di daerah panas seperti jagung, tebu, rumput-rumputan, memiliki kebiasaan saat siang hari mereka tidak membuka stomatanya secara penuh untuk mengurangi kehilangan air melalui evaporasi/transpirasi. Ini berakibat terjadinya penurunan jumlah CO2 yang masuk ke stomata. Logikanya hal ini menghambat laju fotosintesis. Tetapi tumbuhan ini telah mengembangkan cara yang cerdas untuk menjaga agar laju fotosintesis tetap normal meskipun stomata tidak membuka penuh. Pada tumbuhan C-4 karbondioksida pertamakali akan diikat oleh senyawa yang disebut PEP (phosphoenolphyruvate / fosfoenolpiruvat) dengan bantuan enzim PEP karboksilase dan membentuk oksaloasetat, suatu senyawa 4-C. Itu sebabnya kelompok tumbuhan ini disebut tumbuhan C-4 atau C-4 pathway. PEP dibentuk dari piruvat dengan bantuan enzim piruvat-fosfat dikinase. Berbeda dengan rubisco, PEP sangat lemah berikatan dengan O2. Ini berarti bisa menekan terjadinya fotorespirasi sekaligus mampu menangkap lebih banyak CO2 sehingga bisa meningkatkan laju produksi glukosa.
Pengikatan CO2 oleh PEP tersebut berlangsung di sel-sel mesofil (daging daun). Oksaloasetat yang terbentuk kemudian akan direduksi karena menerima H+ dari NADH dan berubah menjadi malat, kemudian ditransfer menuju ke sel seludang pembuluh (bundle sheath cells) melalui plasmodesmata. Sel-sel seludang pembuluh adalah kelompok sel yang mengelilingi jaringan pengangkut xilem dan floem.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjgeseZgwlTOiWJOax3_mBSUUJkmTsxUvu5Mfm1GuBHGkxOL5Z6rDiOyKDpM4iseFgsT-UczhwPjsSAhEiRV8bOEqsKfABJASArCv3eENYNLMfv4BRlkhdHvht0eJ9cvQDWGU-Bfx76rv8/s400/seludang_thumb%255B2%255D.png
Di dalam sel-sel seludang pembuluh malat akan dipecah kembali menjadi CO2 yang langsung memasuki siklus Calvin-Benson, dan piruvat dikembalikan lagi ke sel-sel mesofil. Hasil dari siklus Calvin-Benson adalah molekul glukosa yang kemudian ditranspor melalui pembuluh floem.
Dari uraian di atas kita tahu bahwa fiksasi CO2 pada tumbuhan C-4 berlangsung dalam dua langkah. Pertama CO2 diikat oleh PEP menjadi oksaloasetat dan berlangsung di sel-sel mesofil. Kedua CO2 diikat oleh rubisco menjadi APG di sel seludang pembuluh. Ini menyebabkan energi yang digunakan untuk fiksasi CO2 lebih besar, memerlukan 30 molekul ATP untuk pembentukan satu molekul glukosa. Sedangkan pada tumbuhan C-3 hanya memerlukan 18 molekul ATP. Namun demikian besarnya kebutuhan ATP untuk fiksasi CO2 pada tumbuhan C-4 sebanding dengan besarnya hasil produksi glukosa karena dengan cara tersebut mampu menekan terjadinya fotorespirasi yang menyebabkan pengurangan pembentukan glukosa. Itu sebabnya kelompok tumbuhan C-4 dikenal efektif dalam fotosintesis.
c.       Proses sintesis CAM
Kelompok tumbuhan ini membuka stomata pada malam hari dan menutup pada siang hari. Stomata yang menutup pada siang hari membuat tumbuhan mampu menekan penguapan sehingga menghemat air, tetapi mencegah masuknya CO2.
Saat stomata terbuka pada malam hari, CO2 di sitoplasma sel-sel mesofil akan diikat oleh PEP dengan bantuan enzim PEP karboksilase sehingga terbentuk oksaloasetat kemudian diubah menjadi malat (persis seperti tumbuhan C-4). Selanjutnya malat yang terbentuk disimpan dalam vakuola sel mesofil hingga pagi hari. Pada siang hari saat reaksi terang menyediakan ATP dan NADPH untuk siklus Calvin-Benson, malat dipecah lagi menjadi CO2 dan piruvat. CO2 masuk ke siklus Calvin-Benson di stroma kloroplas, sedangkan piruvat akan digunakan untuk membentuk kembali PEP.

Fotosintesis tanaman C3, C4 dan CAM :